Selain Uni Soviet, Pilot Korea Utara Juga Merasakan Tangguhnya Angkatan Udara Israel

Paska berakhirnya Astrisi War 1967-70, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser tewas dan digantikan oleh Wakil Presidennya yaitu Muhammad Anwar el-Sadat. Beliau langsung mengambil keputusan “Tidak Populer” dengan program reformasi Corrective Revolution yang salah satu isinya adalah mengusir pasukan Uni Soviet dari Mesir, hal ini diambil karena Anwar el-Sadat merasa kecewa dengan “Sekutu”nya tersebut karena tidak dapat diandalkan dalam Astrisi War, selain itu Uni Soviet juga menolak mengirim dukungan militer yang lebih besar.

Setelah di usirnya Uni Soviet, otomatis Mesir kekurangan pilot berpengalaman untuk pesawat MiG-21MF miliknya, kebetulan pada tanggal 1-7 Maret 1973 delegasi Korea Utara yang di pimpin oleh Paman dari Ibu Pemimpin Korea Utara Kim Il-sung yaitu Kang Ryang-uk berkunjung ke Mesir. Selama kunjungan tersebut Kang Ryang-uk setuju atas permintaan Anwar el-Sadat mengirim pilot Korea Utara yang berpengalaman, hal ini juga sebagai “Balas Budi” Korea Utara untuk Mesir karena membela dalam sidang PBB soal Gerakan Non Blok.

15 Agustus 1973 Korea Utara mengirim 20 orang pilot berpengalaman dengan 2.000 jam terbang untuk menggunakan pesawat MiG-21MF Mesir, selama Yom Kippur War 1973 para pilot Korea Utara bertugas mengawal/menjaga udara Mesir. Tercatat sudah ada 4-6x pertemuan antara pilot Korea Utara dengan pilot IAF Israel, namun baru di tanggal 6 Desember 1973 terjadi pertempuran udara paling parah antara F-4E Phantom II dengan MiG-21MF. Tidak diketahui berapa unit pesawat Korea Utara terbangkan dalam pertempuran tersebut, namun diperkirakan ada 2 unit F-4E yang digunakan Israel dalam kejadian tersebut.

Dari pertempuran udara tersebut 1 unit MiG-21MF di piloti oleh Korea Utara jatuh dan beberapa unit pesawat MiG-21MF Korea Utara jatuh karena ditembak jatuh oleh Surface to Air Missile (SAM) milik Mesir sendiri alias friendly fire.

Sumber : https://militarywatchmagazine.com/…/when-north-korea-s-air-…