Korea Utara (Korut) meluncurkan satelit mata-mata dari fasilitas Sohae di Pantai Barat pada Selasa (21/11/2023) malam.
Media Korea Utara memperlihatkan foto-foto pemimpinnya Kim Jong-un yang mengawasi peluncuran tersebut dikelilingi oleh para ilmuwan dan insinyur yang tersenyum dan bertepuk tangan.
Kantor Berita Pusat Korea yang dikelola pemerintah mengatakan Pyongyang akan meluncurkan beberapa satelit lagi untuk mengawasi Korea Selatan dan wilayah penting lainnya dengan lebih baik, untuk membantu Korea Utara mempersiapkan diri menghadapi gerakan militer berbahaya yang dilakukan oleh musuh-musuhnya.
Melansir CNA, satelit pengintai Malligyong-1 milik Korea Utara diyakini telah memasuki orbit sekitar 12 menit setelah lepas landas.
Militer Korea Selatan mengakui bahwa peluncuran tersebut sukses, namun mengatakan perlu lebih banyak waktu untuk menentukan satelit tersebut benar-benar berfungsi.
Para ahli mempertanyakan kemampuan Malligyong-1 dalam melakukan tugasnya, termasuk saat mengambil gambar resolusi tinggi.
Badan Intelijen Korea Selatan menilai satelit tersebut tidak mungkin berfungsi setelah memeriksa puing-puing roket yang digunakan dalam dua peluncuran sebelumnya, pada Mei dan Agustus gagal.
“Mengingat fakta bahwa pengembangan satelit biasanya memakan waktu sekitar 3 tahun, klaim yang ada saat ini tidak menjamin kemampuan satelit Korea Utara. Kecuali Pyongyang mempublikasikan foto-foto pangkalan Guam yang disebutkannya,” kata seorang anggota parlemen Korea Selatan dari partai berkuasa.
Dia mengacu pada klaim Korea Utara bahwa Malligyong-1 telah mengambil gambar pangkalan Amerika Serikat (AS) di Guam dan mengirimkannya ke Pyongyang
Dampak Regional dan Global
Sebagai protes atas peluncuran Malligyong-1, Korea Selatan telah menangguhkan sebagian perjanjian militer 2018 dengan Korea Utara yang bertujuan untuk meredakan ketegangan di sepanjang perbatasan kedua negara.
Pyongyang mengatakan pihaknya tidak akan lagi mematuhi perjanjian tersebut, dan akan mengerahkan pasukan yang lebih kuat dan peralatan militer tipe baru ke wilayah itu.
Profesor Yang Moo-jin dari Universitas Studi Korea Utara yang berbasis di Seoul mengatakan kepada media lokal bahwa kemungkinan terjadinya konflik bersenjata yang tidak disengaja di sepanjang Garis Demarkasi Militer (perbatasan) akan meningkat.
“Dan kemungkinan terjadinya bentrokan yang tidak disengaja dan berkembang menjadi perang juga meningkat,” ujarnya.
Seperti konflik yang sedang berlangsung di Eropa dan Timur Tengah, pecahnya perang di semenanjung Korea tidak hanya terjadi antara dua pihak utama saja.
Hal ini akan menjadi penting bagi AS, khususnya mengingat status Korea Utara sebagai negara tenaga nuklir dan belum lagi hubungan dekat dengan Rusia serta China.
Peneliti Victor Cha dan Ellen Kim dari Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS mencatat bahwa Beijing dan Moskow tidak akan mendukung tindakan apapun yang dilakukan Dewan Keamanan PBB untuk menghukum Korea Utara.
Para analis mengatakan bahwa secara khusus, peran Rusia dalam membantu Korea Utara dengan satelit dan mungkin teknologi militer canggih lainnya harus menjadi perhatian seluruh dunia.
Para analis juga mengatakan bahwa hal itu akan menjadi pukulan besar bagi rezim nonproliferasi internasional dan tatanan internasional berbasis aturan.
Sumber: Kabar24
Baju Militer Anak Paling murah https://shope.ee/1AkMGMKChc
Baju Loreng Ala Militer keren https://shope.ee/4V0oF0TRSK