Investigasi Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) menyimpulkan rentetan kegagalan sistematis menyebabkan kapal perang USS Bonhomme Richard yang terbakar tahun lalu tak bisa diselamatkan. Kapal senilai USD1,2 miliar (lebih dari Rp16,9 triliun) itu habis terbakar selama lima hari di dekat Pangkalan San Diego pada Juli 2020.
Menurut laporan investigasi, kebakaran besar itu sebenarnya dapat dihindari. Namun, rentetan kegagalan sistematis mengacaukan semuanya, termasuk kegagalan memelihara kapal, kegagalan dalam memastikan pelatihan yang memadai, kegagalan memberikan dukungan kru pantai, serta kegagalan melakukan pengawasan yang tepat.
Penyelidikantelah dilakukan terhadap 36 personel Angkatan Laut, termasuk komandan USS Bonhomme Richard dan lima laksamana.
Sekitar tiga lusin perwira di atas kapal USS Bonhomme Richard dinyatakan bertanggung jawab atas hilangnya kapal akibat kebakaran hebat.
Laporan investigasi setebal 400 halaman itu diperoleh Associated Press pada hari Selasa dan diterbitkan pada Rabu (20/10/2021).
Satu pelaut bernama Ryan Mays telah didakwa awal tahun ini karena yang memulai kebakaran.
Menurut laporan investigasi, kapal perang yang sangat mahal itu masih bisa diselamatkan jika bukan karena para komandan dan kurangnya pelatihan dan keterampilan dasar para awaknya.
“Meskipun api bermula dari aksi pembakaran, kapal tersebut hilang karena tidak mampu memadamkan api,” bunyi laporan tersebut.
“Disimpulkan bahwa kegagalan berulang oleh awak yang tidak siap menyebabkan respons kebakaran yang tidak efektif,” lanjut laporan itu.
Laporan yang disiapkan oleh Wakil Laksamana Scott Conn itu menguraikan penyimpangan besar dalam pelatihan dan kesiapsiagaan, komunikasi dan koordinasi yang buruk antara personel, pemeliharaan peralatan yang buruk, dan kerusakan yang lebih luas dalam struktur komando dan kontrol secara keseluruhan di kapal.
Misalnya, para penyelidik menemukan bahwa meskipun kapal dilengkapi dengan sistem busa pemadam kebakaran yang dapat memperlambat penyebaran api, tidak ada seorang pun di kapal yang mengetahui cara mengoperasikan sistem tersebut, yaitu dengan menekan tombol tertentu.
“Tidak ada anggota kru yang diwawancarai yang mempertimbangkan tindakan ini atau memiliki pengetahuan khusus mengenai lokasi tombol atau fungsinya,” imbuh laporan investigasi.
Bahkan jika para pelaut memiliki pengetahuan sebelumnya tentang mekanisme yang rumit, tidak jelas apakah mereka berhasil menghentikan api. Laporan tersebut mengeklaim bahwa sekitar 87% dari semua stasiun pemadam kebakaran di kapal terganggu oleh masalah peralatan atau tidak diperiksa sama sekali.
Secara khusus, tiga perwira tinggi di kapal dianggap bertanggung jawab atas tanggapan darurat yang tidak memadai, termasuk komandan Gregory Thoroman, pejabat eksekutif Michael Ray dan Kepala Komandan Komando Jose Hernandez.
Laporan itu mengatakan ketiganya tidak memastikan kesiapan untuk peristiwa semacam itu, dan menjaga kapal dalam kondisi buruk.
“Pelaksanaan tugasnya menciptakan lingkungan pelatihan, pemeliharaan, dan standar operasional yang buruk yang secara langsung menyebabkan hilangnya kapal,” sambung laporan investigasi Angkatan Laut.
SUMBER: Sindonews
Baju Militer Anak Paling murah https://shope.ee/1AkMGMKChc
Baju Loreng Ala Militer keren https://shope.ee/4V0oF0TRSK