Rudal DF-26B dan DF-21D China, yang dijuluki sebagai misil “pembunuh kapal induk”, ditembakkan ke Laut China Selatan dan menghantam sebuah kapal yang bergerak di dekat Kepulauan Paracel. Kedua misil itu terbang ribuan kilometer sebelum akhirnya menghantam target.
Tembakan kedua misil itu sejatinya dilakukan pada Agustus lalu dalam sebuah uji coba. Namun, baru diungkap pertama kalinya oleh orang dalam Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China yang dilansir South China Morning Post (SCMP), Sabtu (14/11/2020).
SCMP sebenarnya sudah melaporkan peluncuran kedua rudal itu pada Agustus lalu, namun militer China tidak bersedia memberikan konfirmasi. Konfirmasi kala itu justru datang dari militer Amerika Serikat (AS).
Setelah peluncuran, dilaporkan bahwa rudal-rudal itu jatuh ke Laut China Selatan, tetapi Wang Xiangsui—mantan kolonel senior yang sekarang bekerja sebagai profesor di Universitas Beihang di Beijing—mengatakan bahwa kedua misil itu menghantam sebuah kapal, target yang mereka tuju.
Salah satu rudal, DF-26B, diluncurkan dari provinsi barat laut Qinghai, sementara yang lainnya, DF-21D, melesat dari provinsi Zhejiang di timur China.
Peluncuran itu terjadi sehari setelah Beijing mengatakan sebuah pesawat mata-mata U-2 AS memasuki zona larangan terbang tanpa izin selama latihan Angkatan Laut China di Laut Bohai di lepas pantai utara. Angkatan Laut AS sebelumnya mengirim dua kelompok tempur kapal induk ke Laut China Selatan.
“Jadi beberapa hari kemudian (setelah manuver kapal induk), kami meluncurkan DF-21 dan DF-26, dan rudal-rudal menghantam kapal yang berlayar di selatan Kepulauan Paracel,” kata Wang pada pertemuan tertutup di Zhejiang bulan lalu. Rincian pidatonya diterbitkan untuk pertama kalinya pada hari Rabu lalu.
“Tak lama setelah itu, seorang atase militer Amerika di Jenewa mengeluh (kepada kami) dan mengatakan itu akan menyebabkan konsekuensi yang parah jika misil menghantam kapal induk Amerika. Mereka melihat ini sebagai unjuk kekuatan. Tapi kami melakukan ini karena provokasi mereka,” kata Wang.
Pernyataannya dibuat selama empat hari forum Moganshan untuk membahas masalah domestik dan internasional serta rencana lima tahun baru China. Acara yang diselenggarakan oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional tersebut dihadiri oleh 80 ekonom, mantan pejabat pemerintah dan pengusaha.
“Ini adalah peringatan bagi AS, memintanya untuk tidak mengambil risiko militer,” kata Wang. Tindakan seperti itu menandai garis bawah konfrontasi China-AS.
Peluncuran rudal itu terjadi pada saat ketegangan tinggi antara Beijing dan Washington atas Laut China Selatan yang disengketakan.
Angkatan Laut AS mengatakan pada 4 Juli pihaknya telah mengerahkan dua kelompok kapal induk, yang dipimpin oleh USS Nimitz dan USS Ronald Reagan, untuk melakukan latihan pertahanan udara taktis di perairan yang disengketakan “untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka”.
Beijing mengecam manuver tersebut, menggambarkannya sebagai tindakan provokatif. Sedangkan AS mengatakan peluncuran rudal China sembrono dan membuat situasi tidak stabil.
Song Zhongping, mantan instruktur Korps Artileri Kedua Tentara Pembebasan Rakyat, mengatakan misi tembakan dua misil pembunuh kapal induk tersebut adalah bukti bahwa China dapat melakukan serangan presisi jarak jauh terhadap kapal permukaan menengah hingga besar.
“Menghantam objek bergerak bukanlah tugas yang mudah, terutama untuk rudal balistik yang biasanya mengenai sasaran yang tidak bergerak,” ujarnya. “Misi tersebut menunjukkan bahwa rudal China adalah pencegah nyata terhadap kapal perang AS.”
Michael Raska, asisten profesor di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang di Singapura, mengatakan China sedang mengembangkan sistem tempur canggih yang mampu meniadakan superioritas militer tradisional Amerika Serikat.
“Masalah utama bagi AS adalah mempertahankan pencegahan jangka panjangnya, terutama di wilayah yang diperebutkan, sekaligus mengurangi risiko,” katanya.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Departemen Pertahanan AS pada bulan September, China mungkin telah mengambil alih Amerika di bidang pengembangan rudal dan pembuatan kapal, dan akan menggandakan cadangan hulu ledak nuklirnya selama satu dekade berikutnya.
Menurut laporan itu, PLA memiliki lebih dari 1.250 rudal balistik yang diluncurkan dari darat dan rudal jelajah yang diluncurkan dari darat dengan jangkauan hingga 5.500 km (3.400 mil). AS memiliki satu jenis rudal balistik konvensional yang diluncurkan di darat, dengan jangkauan 70 km hingga 300 km.
Sumber: Sindonews
Baju Militer Anak Paling murah https://shope.ee/1AkMGMKChc
Baju Loreng Ala Militer keren https://shope.ee/4V0oF0TRSK