Turki akan menandatangani perjanjian dengan Rusia untuk bersama-sama memproduksi rudal dan mendapatkan transfer teknologi untuk mengembangkan sistem pertahanannya sendiri. Langkah ini dapat meningkatkan kritikan dari NATO bahwa Ankara sedang bergerak untuk menjauh dari blok tersebut.
“Kami akan menandatangani kesepakatan setelah menyetujui rincian akhir mengenai produksi bersama atau produksi beberapa bagian di Turki, dan berbagi teknologi,” kata Ismail Demir, Kepala Badan Pengadaan Pertahanan Utama Turki, yang dikenal sebagai SSB, seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (14/12/2019).
Demir mengatakan pembicaraan itu adalah bagian dari kesepakatan Turki untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 kedua dari Rusia dan telah mencapai tahap cukup matang.
“Penandatanganan kesepakatan sudah dekat,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Demir juga menyatakan bahwa Turki terbuka untuk diskusi tentang pembelian rudal Patriot buatan Amerika jika AS menurunkan prasyaratnya bahwa Ankara harus meninggalkan S-400.
Ia pun menepis kekhawatiran sanksi AS dapat memblokir pasokan suku cadang untuk sistem persenjataan Amerika, termasuk armada F-16 yang menua serta helikopter berat CH-47F Chinook dan helikopter utilitas UH-60 Black Hawk.
“Ada permainan yang dimainkan di sini sesuai dengan aturan dan kesepakatan. Jika satu sisi melanggar aturan, maka sisi lain tidak harus bermain juga,” ucapnya.
“Rusia telah mengajukan proposal untuk menjual sejumlah pesawat tempur Su-35 dengan harga tertentu,” imbuhnya.
Pernyataan itu menunjukkan jika Turki tidak terpengaruh dengan prospek sanksi dari Amerika Serikat (AS) atas keputusannya untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400. Kedua negara sekutu di NATO itu telah terlibat perselisihan terkait potensi risiko yang ditimbulkan oleh pembelian S-400 ke program senjata termahal Pentagon, jet tempur F-35 yang dibangun oleh Lockheed Martin.
Turki bersikeras dapat membeli S-400 dari Rusia sambil memenuhi kewajibannya sebagai anggota NATO.
Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS awal pekan ini memberikan suara untuk memajukan sanksi terhadap Turki, termasuk ketentuan untuk menegakkan Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi atau CAATSA. Undang-undang ini dirancang untuk menghukum negara-negara yang melakukan pembelian senjata secara signifikan dari Rusia.
Menurut juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman, Turki harus melepaskan baterai S-400 untuk menerima jet F-35 Joint Strike Fighter.
“Jika Turki ingin kembali ke flip, jalan ke depan adalah untuk menyingkirkan S-400. Jadi itu bukan menyimpannya di gudang dan menguncinya. Mereka perlu melepaskan diri dari sistem senjata itu,” tegas Hoffman.
Namun itu adalah sesuatu yang ditolak oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.: SINDOnews
Baju Militer Anak Paling murah https://shope.ee/1AkMGMKChc
Baju Loreng Ala Militer keren https://shope.ee/4V0oF0TRSK