– Iran menyalahkan baterai sistem rudal yang tidak selaras dan komunikasi yang buruk antara tentara dan komandan mereka dalam insiden penembakan pesawat penumpang Ukraina 8 Januari lalu. Tragedi yang diklaim sebagai insiden “tak sengaja” ini menewaskan 176 orang.
Kesimpulan Iran itu muncul dalam sebuah laporan yang disampaikan para pejabatnya hari Sabtu pekan lalu.
Laporan itu, yang muncul lebih dari enam bulan setelah Boeing 737 yang dioperasikan oleh Ukraine International Airlines jatuh tak lama setelah lepas landas dari bandara Teheran. Pesawat penumpang itu ditembak jatuh oleh misil yang ditembakkan oleh baterai sistem pertahanan rudal surface-to-air, yang operatornya salah mengidentifikasi penerbangan sipil sebagai pesawat musuh atau ancaman.
Laporan tersebut mendokumentasikan saat-saat menjelang insiden dan bagaimana hal itu semestinya bisa dihindari. Laporan itu mengungkap beberapa hal, salah satunya rudal yang menargetkan pesawat sipil telah dipindahkan dan tidak berorientasi dengan benar.
Para prajurit yang mengoperasikan rudal itu juga tidak dapat berkomunikasi dengan pusat komando mereka dan memilih untuk menembak dua kali tanpa mendapatkan persetujuan dari pejabat berpangkat tinggi.
“Jika itu tidak muncul, pesawat tidak akan menjadi sasaran,” bunyi laporan itu, seperti dikutip AP, Senin (13/7/2020), yang menambahkan bahwa penerbangan Ukraina tidak melakukan sesuatu yang tidak biasa sebelum diserang.
Penerbangan itu dilaporkan terbang pada ketinggian dan lintasan yang normal ketika rudal pertama ditembakkan.
Iran diyakini telah menggunakan sistem pertahanan rudal Tor buatan Rusia untuk menembak jatuh pesawat sipil tersebut. Iran menerima 29 unit Tor M1 dari Rusia pada tahun 2017 dalam kesepakatan yang diperkirakan bernilai sekitar USD700 juta.
Pesawat sipil itu ditembak jatuh di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Tak lama sebelum insiden itu, Iran meluncurkan rudal balistik di dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS sebagai tanggapan atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani.
Otoritas Iran awalnya menyatakan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan kecelakaan pesawat sipil Ukraina. Namun, militer negara itu akhirnya mengakui dalam sebuah pernyataan pada 11 Januari bahwa “human error” berkontribusi pada serangan itu.
The New York Times merilis rekaman pada saat itu yang menunjukkan saat rudal menyerang pesawat penumpang. Video itu menampilkan ledakan di udara tak lama setelah pesawat lepas landas.
Para korban kecelakaan itu termasuk 11 orang Ukraina dan 57 orang Kanada. Setelah Iran mengakui kesalahannya, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuntut penyelidikan yang komprehensif.
“Ukraina menuntut pengakuan bersalah secara penuh,” kata Zelensky pada saat itu. “Kami mengharapkan Iran untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan, mengembalikan jasad-jasad itu, membayar kompensasi dan mengeluarkan permintaan maaf resmi. Investigasi harus penuh, terbuka dan terus tanpa penundaan atau hambatan.” [Sindonews]
Baju Militer Anak Paling murah https://shope.ee/1AkMGMKChc
Baju Loreng Ala Militer keren https://shope.ee/4V0oF0TRSK