Kapal Perang Raksasa dan Termahal AS Akan Dipersenjatai Rudal Hipersonik

USS Zumwalt, kapal perang raksasa dan termahal yang dimiliki oleh Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), telah tiba di galangan kapal Mississippi untuk dilengkapi dengan rudal hipersonik. Informasi ini diungkapkan oleh United States Naval Institute (USNI).

USS Zumwalt adalah kapal perusak kelas Zumwalt, dengan biaya pembangunan mencapai USD4,3 miliar. Disebutkan oleh Business Insider sebagai kapal perusak terbesar di dunia.

Komando Indo-Pasifik AS mencatat tingkat modernitas kapal ini dan menyatakan bahwa USS Zumwalt mulai beroperasi pada tahun 2016 di Baltimore, Maryland.

Pada tanggal 1 Agustus, USS Zumwalt berlayar dari San Diego dan berpindah pangkalan ke Pascagoula, Mississippi, untuk menjalani periode modernisasi dan peningkatan teknologi, termasuk integrasi sistem senjata Conventional Prompt Strike. Angkatan Laut AS mengungkapkan bahwa peningkatan ini akan menjaga USS Zumwalt tetap menjadi salah satu kapal paling canggih dan kuat dalam armada mereka.

Setelah beberapa minggu perjalanan, kapal ini tiba di galangan kapal Pascagoula, Ingalls Shipbuilding, yang merupakan bagian dari Huntington Ingalls Industries, salah satu pembuat kapal terkemuka Angkatan Laut.

USS Zumwalt, menurut situs web US Naval History, NavSource.org, adalah kapal perusak berpeluru kendali generasi berikutnya yang dirancang untuk multifungsi dan dapat melaksanakan berbagai peran.

Walaupun USS Zumwalt sebelumnya telah dikritik karena biayanya yang tinggi dan masalah teknis yang dihadapinya, langkah-langkah perbaikan telah diambil. Berdasarkan laporan USNI pada 24 Agustus 2023, sistem Advanced Gun Systems kembar kaliber 155 mm di dalam USS Zumwalt akan diganti dengan empat tabung rudal 87 inci, dengan masing-masing tabung berisi tiga Common Hypersonic Glide Bodies (C-HGB).

Rencananya, senjata baru ini akan terpasang dan kapal akan siap beroperasi pada tahun 2025. Meskipun demikian, Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS telah mempertanyakan rencana waktu ini dan menyatakan bahwa kemungkinan diperlukan lebih banyak waktu sebelum kapal ini siap untuk berlayar. Sindonews