Syarat fisik tertentu bagi seorang calon tentara terkait dengan pekerjaannya kelak yang banyak menuntut kondisi fisik prima. Namun, apakah tinggi badan jadi hal absolut?
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di National Library of Medicine, salah satu alasan yang mendasari kebutuhan tersebut adalah pemenuhan kebutuhan fisik untuk melaksanakan tugas pertempuran. Alasan lainnya adalah untuk memberi penampilan militer yang apik di setiap kesempatan.
Meski demikian, standar fisik untuk tentara dapat berubah tergantung kebutuhan dan preferensi pasukan, termasuk pada aspek tinggi badan.
Sebagai contoh, raja-raja Eropa membanggakan diri dengan prajurit mereka yang tinggi. Mereka juga merasa nyaman memiliki pria yang terlihat bertinggi badan sama saat latihan dan upacara.
Di Amerika Serikat, tinggi minimum untuk tentara saat ini adalah 168 sentimeter di awal abad 19.
Dikutip dari LiveAbout, calon prajurit pria AS mesti memiliki tinggi badan antara 60 inci (152) sampai 80 inci (203 cm); calon prajurit perempuan 58 inci (147,32 cm) sampai 80 inci (203 cm).
Sementara, Marinir AS lebih ketat lagi. Kandidat pria dibatasi antara 58 (147,32 cm) hingga 78 inci (198,12 cm), kandidat wanita 58 inci hingga 72 inci (182,88 cm).
Kenapa ada pembatasan itu? Alasannya lebih ke hal praktis. Militer AS tidak punya waktu atau uang untuk memesan seragam dan peralatan yang dibuat khusus untuk mereka di luar standar tinggi badan.
Selain itu, pekerjaan di kapal, tank, dan pesawat bisa sangat sulit dilakukan jika seseorang melebihi standar ketinggian tertentu.
Di Indonesia, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa baru-baru ini merevisi aturan dalam penerimaan calon taruna-taruni TNI 2022, salah satunya tinggi badan.
Terkait syarat tinggi badan, ada perubahan dari 163 sentimeter bagi pria menjadi 160 sentimeter. Sedangkan syarat tinggi badan untuk wanita turun menjadi 155 sentimeter dari yang sebelumnya 157 sentimeter.
“Jadi saya sudah membuat revisi sedemikian rupa sehingga lebih mengakomodasi kondisi umum remaja Indonesia. Itu yang paling penting. Termasuk usia,” ujar Andika dalam video Sidang Pemilihan Terpusat Integratif Penerimaan Taruna Taruni yang diunggah di akun YouTube-nya, Selasa (27/9).
Lebih lanjut, kondisi tinggi badan seorang tentara yang dijadikan syarat tentu harus diimbangi dengan berat badan yang proporsional.
Kebugaran jasmani
Terlepas dari alasan praktis di atas, Departemen Pertahanan Amerika (DoD) memiliki aturan yang membahas komposisi tubuh dan standar kebugaran jasmani bagi tentara aktif untuk memastikan kesiapan fisik yang optimal.
Aturan ini diberlakukan untuk memastikan semua tentara “akan menjaga kesiapan fisik dengan memiliki komposisi tubuh yang diperlukan dan kebugaran aerobik dan anaerobik … untuk berhasil tampil sesuai dengan persyaratan khusus layanan, misi, dan spesialisasi militer mereka.”
Dilansir dari situs militer AS, dasar kebijakan tersebut adalah standar lemak tubuh yang mendefinisikan kisaran komposisi tubuh yang dapat diterima untuk anggota dinas aktif. Persentase lemak tubuh seseorang, atau “% BF,” adalah indikator fisik yang valid secara ilmiah untuk menilai status kesehatan.
Kebijakan DoD membedakan standar untuk pria dan wanita karena perbedaan gender fisiologis dalam lemak tubuh. Standar menetapkan bahwa pria yang bertugas aktif harus mempertahankan %BF antara 18 dan 26, dan wanita harus mempertahankan %BF antara 26 dan 36.
“Cara paling umum untuk memperkirakan jumlah lemak tubuh seseorang disebut indeks massa tubuh (BMI),” kata Bruce Jones, seorang dokter medis dan kepala ilmuwan untuk Direktorat Kesehatan dan Epidemiologi Klinis Pusat Kesehatan Masyarakat Angkatan Darat AS.
“BMI dihitung menggunakan tinggi dan berat badan seseorang. Ini adalah alat pemilihan yang cepat, murah, dan diterima secara ilmiah untuk mengidentifikasi individu yang kelebihan berat badan dan obesitas,” imbuhnya.
BMI, yang juga menjadi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terbagi menjadi empat kategori yang berlaku untuk pria dan perempuan berusia lebih dari 20 tahun.
Yakni, BMI kurang dari 18,5 sebagai kurus, BMI antara 18,5 dan 24,9 sebagai normal atau sehat, BMI antara 25 dan 29,9 sebagai kelebihan berat badan, dan BMI lebih dari 30 sebagai obesitas.
Pakar lainnya, Dr. Joseph Pierce, mengatakan standar BMI bisa menjadi ukuran kecenderungan performa prajurit.
“Tentara dengan BMI yang lebih tinggi cenderung tampil lebih baik pada tes kekuatan dan kekuatan, seperti mengangkat benda berat, tetapi tidak begitu bagus di tes ketahanan aerobik, seperti lari sejauh 2 mil (3,2 km),” ungkapnya.
“Sementara prajurit dengan BMI lebih rendah tampil lebih baik pada aerobik seperti berlari,” imbuh dia.
Tentara dengan BMI yang amat rendah, lanjut Pierce, juga memiliki tingkat cedera yang lebih tinggi di seluruh tingkat kebugaran fisik.
Masalahnya, kata Jones, BMI memiliki keterbatasan sebagai pengukuran yang tepat dalam hal lemak tubuh dalam kasus tertentu.
Misalnya, BMI tidak mencerminkan distribusi lemak. Pasalnya, indeks ini tidak dapat mengidentifikasi di mana lemak paling banyak yang bisa mencerminkan kondisi kesehatan.
Selain itu, BMI tidak memperhitungkan massa tubuh tanpa lemak, yang merupakan porsi berat badan seseorang dari komponen tubuh selain lemak, termasuk otot.
Contohnya, orang berotot yang sangat bugar beratnya bisa sama dengan orang yang tidak berotot, berpinggang tebal, bertinggi sama, akan memiliki BMI yang sama.
Solusinya, militer AS menerapkan tes setiap tahun dengan memasukkan kategori lain selain BMI, seperti aktivitas dan nutrisi. cnn
Baju Militer Anak Paling murah https://shope.ee/1AkMGMKChc
Baju Loreng Ala Militer keren https://shope.ee/4V0oF0TRSK