Militer – Kontroversi yang timbul akibat terlibatnya Google dalam proyek pengembangan AI untuk senjata militer akan segera mereda.
Pasalnya, Bos Google Cloud, Diane Greene menginformasikan pada karyawan jika Google hanya akan merampungkan kontrak hingga 2019 nanti, dan tidak akan memperpanjangnya. Laporan ini pertama kali dirilis oleh Gizimodo pada Jumat (25/5) lalu.
Keputusan ini diambil setelah Google mendapat banyak respon negatif akibat keterlibatannya dalam menggunakan AI untuk sektor pertahanan. Ada sekitar 3000 karyawan yang juga mengajukan petisi agar Google mengurungkan kontrak proyek tersebut. Para karyawan khawatir jika keputusan memasuki ‘bisnis perang militer’ ini bertentangan dengan prinsip dasar Google.
“Reaksi buruk ini sangat buruk bagi perusahaan,” ungkap Greene pada Gizimodo dikutip Dailymail (1/6). Memang, Google pernah tertarik untuk melakukan kerjasama dengan pihak militer namun, ada hal penting yang masih harus disesuaikan. Yaitu, kode etik penggunaan AI Google yang direncanakan akan segera diumumkan pekan depan.
Maret lalu Google menandatangi program drone yang banyak dirahasiakan detailnya dengan Pentagon. Proyek itu juga melibatkan Nvidia dan perusahaan teknologi lain serta institusi akademik. Proyeknya sendiri mulai dikerjakan akhir April. Saat itu, Google mengatakan software buatannya, TensorFlow akan digunakan untuk kepentingan non-offensive saja, seperti memperjelas identifikasi objek dari data yang tidak terklasifikasi. Di samping itu pimpinan eksekutif Google juga mengatakan jika kontrak ini bernilai kecil.
Sayangnya, ada kebocoran email dari unit pengembangan bisnis Google yang menyatakan jika pihak Google berharap akan mendapat proyek senilai Rp3,5 triliun pertahun dari kerjasama kontrak militer.
Baju Militer Anak Paling murah https://shope.ee/1AkMGMKChc
Baju Loreng Ala Militer keren https://shope.ee/4V0oF0TRSK